Gelaran Piala Dunia 2018 di Rusia telah usai pada Minggu (15/7/2018) malam waktu Indonesia.
Gelaran sepakbola 4 tahunan FIFA itu pun dijuarai Timnas Prancis.
Mereka berhasil mengalahkan Timnas Kroasia dengan skor 4-2.
Banyak kisah dan perhatian saat acara Piala Dunia 2018 tersebut berlangsung.
Di antaranya mulai dari sosok pemain muda yang muncul seperti strike Perancis Kylian Mbappe yang masih berusia 19 tahun, pemain terbaik asal Kroasia Luka Modric. Juga pemain bintang Portugal Cristiano Ronaldo, stiker Argentina Lionel Messi, dan pemain Brazil Neymar yang terlebih dahulu pulang ke negaranya.
Selain itu yang menjadi perhatian, saat Presiden Kroasia yang memeluk seluruh pemainnya hingga siaran televisi Iran pun dihentikan, dan adanya sejumlah reporter perempuan yang mengalami pelecehan.
Selain kisah dan perhatian yang semuanya disebutkan di atas, ternyata ada satu sosok orang Indonesia yang menjadi perhatian warganet saat Piala Dunia 2018 itu berlangsung.
Dalam video yang beredar di media sosial, pria itu disebutkan bernama Herman, orang kaya Indonesia.
"Ini Pak Herman, orang kaya menyewa VIP room, menonton bersama cucunya," katanya.
Dalam video disebut, ia menyewa ruangan khusus atau VIP yang terdapat di stadion.
Dari ruangan bisa menonton setiap pertandingan.
Dalam ruangan itu semua fasilitas tersedia, termasuk meja berisi makanan dan minuman.
Lelaki itu tampak ditemani dua orang cucunya.
Suara pria dalam video berdurasi 1 menit 12 detik itu, menjelaskan secara singkat suasana ruangan besar VIP tersebut yang menghadap langsung ke lapangan.
Bahkan sempat membuka pintu ruangan menghadap ke arah lapangan yang ditutupi kaca tembus pandang. Pintu penghubung langsung ke tribun VIP, dapat menyaksikan pertandingan.
Inilah cara orang kaya Indonesia menonton Piala Dunia terbang ke Rusia. Sewa ruang besar Very Important Person (VIP) room lengkap fasilitas dengan makanan dan minuman," tulis caption yang tersemat dalam video.
Seorang yang mengaku mengenal baik laki-laki itu menyebut, yang bersangkutan adalah Herman Hertanto, sorang pengsuaha sukses di bidang transportasi laut.
"Iya, itu pak Herman Hartanto. Dari mana dapat videonya," ujar orang tersebut kepada Tribun-Medan.com.
Disadur dari tulisan Dahlan Iskan yang ditayang di blog hurek.blogspot.com, Herman Hertanto disebut warga kebanggaan Surabaya, Jawa Timur.
Hartanto sapaannya, pengusaha sukses yang bergerak di bidang pelayaran/perkapalan.
Salah satu perusahaannya transportasi laut, angkutan kapal petikemas bernama Tanto Line.
Dalam tulisan itu disebutkan, di Surabaya ada tiga perusahaan pelayaran yang sangat besar, yakni Spil, Meratus, dan Tanto Line. Sulit menilai siapa di antara tiga itu yang terbesar.
"Tiga-tiganya saya kenal dengan baik. Setiap saya tanya siapa di antara mereka yang terbesar tidak pernah ada yang menepuk dada. Yang satu selalu menyebut yang lain sebagai yang lebih besar," ungkap Dahlan Iskan dalam tulisannya. "Kami ini kecil, Pak!" ujar Herman Hartanto .
Demikian juga si pemilik Spil, Soegeng Hendarto (Huang Dji Tju), mengatakan dirinya masih kecil. Ketua marga Huang Indonesia itu bukan main rendah hatinya.
Sikap yang sama juga ditunjukkan pemilik Meratus, Menaro, sampai ke anaknya yang memegang kendali perusahaan sekarang, Charles Menaro.
Bahkan, orang seperti mendiang Menaro bukan saja mengaku kecil, melainkan seumur hidupnya tidak pernah naik pesawat di kelas bisnis.
Yang jelas, tiga-tiganya kini masih terus berkembang.
Armada kapal mereka masih terus bertambah.
Perusahaan Herman Hertanto sendiri terus berkembang. Tahun 2009 saja, armada kapalnya sudah 39 unit.
Kisah Masa Kecil Herman Hertanto yang Hijrah dari Medan-Sumut
Herman Hartanto membangun Tanto Line atas usahanya sendiri.
Sejak remaja, dia sudah memisahkan diri dari orang tuanya di Medan, Sumatera Utara.
"Umur 16 tahun kami bersama empat teman sebaya pergi ke Jakarta," kisah Herman, mengenang masa kecilnya.
Waktu itu dia tidak tahu Jakarta itu seperti apa.
Tapi, sebagai remaja yang senang sepakbola, dia ingin melihat Asian Games di Jakarta. Itu berarti tahun 1962.
Dia naik kapal Ambolombo yang kebetulan singgah di Medan dalam perjalanannya dari Jeddah ke Jakarta saat itu mengangkut jamaah haji.
"Tiba di Jakarta, kami kaget. Kok Jakarta ini hebat sekali. Besar sekali. Kami bingung mau ke mana dulu," ujarnya, mengenang.
Tapi, sebagai remaja 16 tahun, mereka senang-senang saja.
Mereka keliling Jakarta. Bahkan, kemudian mereka hanya bisa nonton Asian Games di televisi hitam putih karena karcis masuk stadion tergolong mahal bagi para remaja itu.
Di Jakarta dan kota-kota lainnya di Indonesia, saat di gelaran Asian Games itulah pertama ada siaran televisi dan masih hitam putih.
Setelah beberapa hari di Jakarta, ia baru ingat bahwa kepergiannya bareng temannya itu ke Jakarta itu belum diberitahukan kepada orangtuanya.
Mereka pun segera ke kantor pos untuk kirim telegram.
"Kami di Jakarta. Ingin nonton Asian Games." Demikian bunyi telegramnya.
"Kami saat anak-anak memang sudah biasa tidak pulang. Tidur di rumah teman. Kalau tidak pulang 2-3 hari saja tidak akan dicari orangtua," kata Hermantanto.
Ternyata, itulah kepergiannya keluar dari Kota Medan yang pertama dan tidak pernah kembali lagi.
Sekolahnya di kelas 1 SMA di Medan tidak dia teruskan.
Saat di Jakarta tidak punya uang lagi, Herman lantas ikut famili temannya. Lalu pindah ikut orang lain.
Akhirnya mulai ikut-ikutan bekerja di toko ban.
Lalu kirim-kirim onderdil mobil.
Pernah juga ikut kapal bea cukai ke Karimun.
"Saat berada di Karimun, saya pergi naik perahu ke Singapura. Itulah pertama kalinya saya lihat Singapura," ujarnya.
"Kesan saya ketika itu Jakarta jauh lebih hebat daripada Singapura. Jakarta sudah punya Jalan Thamrin yang hebat. Singapura masih seperti kota nelayan," katanya.
Dia tidak mengira dalam sekian tahun kemudian, Singapura bisa seperti sekarang.
Setelah malang-melintang di usia mudanya itu, akhirnya Herman mulai usaha sendiri.
Pertama, yakni usaha jasa pengiriman: ekspedisi.
Hal itu karena sering kirim barang ke Surabaya.
Dan akhirnya dia pun memutuskan untuk menetap di Surabaya.
Lima tahun bekerja di perusahaan ekspedisi, Herman mulai berpikir kalau saja punya kapal sendiri akan bisa lebih untung.
Tapi, membeli kapal belumlah waktunya.
Dia cari akal bagaimana tidak punya uang, tapi bisa menguasai kapal.
Maka, dia sewa kapal milik orang lain.
Kebetulan, ada kapal milik Pemda Kalimantan Selatan (Kalsel) yang rusak.
Kapal itu sudah tiga tahun tidak beroperasi. Mesinnya sudah hancur.
Herman berusaha memperbaiki kapal itu.
Dari sini pula, Herman belajar mesin kapal. Juga belajar bagaimana mengelola kapal yang kelak menjadi sangat berarti ketika sudah memiliki kapal sendiri.
Meski dia bukan insinyur dan tamat SMA pun tidak, dia punya kemauan keras untuk belajar.
Dia banyak bertanya di bengkel-bengkel mesin.
Bahkan, dia ikut menunggui ketika bengkel memperbaiki mesin.
Lama-lama Herman mengerti mesin kapal.
"Pengusaha kapal yang tidak mengerti mesin kapal sangat bahaya. Bisa dibohongi terus-menerus," katanya.
Usaha apa pun, kalau mau sukses, haruslah kerja keras, ulet, tidak mudah putus asa, dan memegang kepercayaan.
Itulah juga prinsip kerja Herman.
Bahkan, dia menilai bisnis di bidang perkapalan jauh lebih sulit daripada yang lain.
"Kalau bisnis pabrik, begitu pabriknya dibuka, bisa jalan, tidak terlalu stres. Kerja kapal ini siang-malam harus deg-degan. Apalagi kalau ada telepon berdering. Langsung saja punya pikiran ada apa ini? Kapal tenggelam? Kandas? Bocor di tengah laut? Dan seterusnya," kisahnya.
"Apalagi kalau dering teleponnya tengah malam di saat tidur nyenyak. Pasti deg-degan," ungkapnya.
********
Terkait Nonton Piala Dunia 2018
Penyanyi dangdut Via Vallen juga meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk menonton piala dunia.
Ia pun menonton Piala Dunia 2018 yang berlangsung di Rusia tersebut.
Tak sendirian, Via juga mengajak serta sang Ayah.
Diketahui dari akun Instagramnya, Via Vallen tiba di Rusia pada Rabu (11/8/2018) dini hari.
Berada di Rusia selama lebih dari 5 hari, tentu Via merogoh kocek yang cukup dalam.
Apalagi, untuk menonton piala dunia saja, tiketnya dibandrol mulai dari Rp 700-an juta hingga Rp 4 miliar lebih.
Melalui Instagram storiesnya, Via memperlihatkan tiket pesawat yang ia pesan dari Jakarta ke Bangkok dan dari Bangkok ke Rusia pada 9 Juli.
Via juga membagikan daftar harga tiket final piala dunia.
"Ini serius harga tiket nonton piala dunia ampe 4 miliar sekian (emoji tutup mata)," tulis Via.
Pada Kamis (19/7/2018), ia mengunggah foto bersiap kembali untuk bekerja lagi alias pulang ke Indonesia.
Ia pun memamerkan tempatnya menginap selama di Rusia.
Hotel tempat Via menginap adalah Crowne Plaza Moscow - World Trade Centre.
Sumber : Bangkapos
Tidak ada komentar:
Posting Komentar